Jumat, 06 Desember 2013

Sebuah puisi tentang Lembah Kasih, Lembah Mandalawangi.

“Now I see the secret of the making of the best person. It is to grow in the open air and to eat and sleep with the earth”. -Walt Whitman, dalam CSD-

Mandalawangi-Pangrango

Senja ini, ketika matahari turun
Ke dalam jurang-jurangmu


Aku datang kembali
Ke dalam ribaanmu, dalam sepimu

Dan dalam dinginmu

Walaupun setiap orang berbicara tentang manfaat dan guna
Aku bicara padamu tentang cinta dan keindahan


Dan aku terima kau dalam keberadaanmu
Seperti kau terima daku


Aku cinta padamu, Pangrango yang dingin dan sepi
Sungaimu adalah nyanyian keabadian tentang tiada
Hutanmu adalah misteri segala
Cintamu dan cintaku adalah kebisuan semesta


Malam itu ketika dingin dan kebisuan
Menyelimuti Mandalawangi
Kau datang kembali
Dan bicara padaku tentang kehampaan semua


“hidup adalah soal keberanian,
Menghadapi yang tanda tanya
Tanpa kita bisa mengerti, tanpa kita bisa menawar
Terimalah, dan hadapilah”


Dan antara ransel-ransel kosong
Dan api unggun yang membara
Aku terima itu semua
Melampaui batas-batas hutanmu


Aku cinta padamu Pangrango
Karena aku cinta pada keberanian hidup


Djakarta 19-7-1966
Soe Hok Gie

Selasa, 03 Desember 2013

Gn. Papandayan Part II

14 Agustus 2013
Pukul setengah 7 tepat, gue, Iren & Keke siap berangkat ke Garut. Cuaca pagi ini sangat cerah. Hmm, tapi.. 'sumbilangeun' di hari pertama ngeganggu banget keberangkatan hari ini. Ya Allah, permudahkanlah perjalanan kami. Bismillahirrahmanirrahim. This gonna be a nice trip.
Setengah 8, kami sudah duduk di dalam bus Prima Jasa jurusan Lebak Bulus-Garut. Posisi duduk sudah diatur sedemikian rupa. Iren duduk di paling pojok, Ranti di tengah, & Keke di paling pojok kiri. Berangkat pagi ke arah Garut memang beda banget suasananya.
Perjalanannya pun terasa lebih lama dari biasanya karena perasaan ingin cepat2 sampai di kota ajaib itu.
Akhirnya, pukul setengah 1 siang, kami sampai di Basecamp Rekapala. Disana sudah ada kang Hanief menunggu kedatangan kami.
Cuaca disini cukup terik. Tapi, hal itu sama sekali tidak menghalangi semangat kami untuk berpetualang.
Pukul setengah 3, kami masih di Rekapala. Menunggu lama rombongan Zakir dkk yang baru saja turun dari Cikuray. Kata kang Hanief, "jangan sampai buang2 waktu menunggu mereka dan kita gak dapet Papandayan". Oke deh, kang.
Pukul 8 malam, gue, Iren, Keke, Opang, Ranji, Nucum & Fajar pergi jalan-jalan di tengah kota Garut. Kami ditemani oleh teman manjat Keke, teh Diana namanya.
Pukul setengah 11 malam sampai setengah 12, kami pun berbincang-bincang di halaman Rekapala. Oiya, tanpa Fajar. Dia sudah duluan tertidur. Selamat tidur, selamat beristirahat semuanya.

15 Agustus 2013 
Selamat pagi, sekarang pukul setengah 6, waktunya packing dan solat subuh. Sarapan kali ini dengan super bubur + ngopi-ngopi cantik. Setengah 8, finishing packing.
Setengah 9 pagi, kami sudah memulai menaiki kendaraan ke Cisurupan. Setelah tawar menawar harga, akhirnya kami dapat harga yang murah. 10ribu/orang.
Pukul setengah 10, kami sudah menaiki kolbun dari Cisurupan menuju parkiran Papandayan. Dihitungnya perpaket 200.000 kalau kurang dari 10 orang. Yo liburan yo!
Singkat cerita, sekarang pukul 5 sore. Kami berada di Pondok Salada. Suasananya berkabut. Santai-santai karena waktu kami disini masih lama. Menunggu sampai upacara 17 Agustus tiba.
Malam ini, pukul 9 tepat. Suasana Papandayan masih diselimuti oleh kabut, dingin. Bukannya mau langsung tidur, tapi tidak kuat dengan udaranya yang sangat dingin. Jadi, sekarang gue sudah ada di dalam tenda. Good night and have a nice dream.

16 Agustus 2013
Tadi malem, gue tidur satu tenda sama Iren & Keke. Tenda Opang. Coleman ukuran 2-3 orang. Agak padet sih di dalam tenda..hehehe.
Pagi hari pukul 6 kurang 15, kami bertiga bangun. Sedangkan di tenda sebelah, cowo-cowo belum ada yang bangun. Akhirnya kami memutuskan untuk masak sarapan pagi. Hehe, ceritanya kemarin kami diajar Zakir buat nyalain kompor, jadi sekarang kami sudah bisa masak sendiri tanpa harus ada bantuan anak cowo terlebih dahulu. Malu-maluin ya.. x_x
Wah, kami dapat melihat awan + sunrise dari tempat kami mengambil air ini loh! Indah.
Memasak bertiga sambil ditemani dengan akang Kinoy dari Ciawi, yang masih setia dengan okulele putihnya.
Bercanda bersama, sambil mengejek kami. Menyanyikan lagu d'masiv jangan menyerah, tetapi dengan lirik yang berbeda. "ayo menyerah.. ayo menyerah.." hahaha, no comment dah.
Seusai memasak bihun goreng, bihun kuah, super bubur, white coffe dan energen jahe, gue, Keke, Iren & Ranji pun bermaksud untuk berjalan-jalan. Menikmati indahnya edelweiss pagi hari di Pondok Saladah.
11.30 siang, Opang Nucum Ranji dan Zakkir melaksanakan kewajibannya sebagai laki-laki. Solat Jumat. Subhanallah. Laki-laki disini ngadain solat jumat ditengah-tengah camp area. Para pendaki gunung yang gagah itu masih ingat kepada Sang Pencipta. Iya, harus. Adzan pun dikumandangkan disini, di Pondok Saladah.
Selamat menunaikan ibadah solat jumat, kalian semua.
Seusai solat jumat, kami pun packing. Memulai tracking ke Tegal Alun sekitar pukul setengah 2 siang. Tanjakannya memang gila. Gak ada habisnya.
Setelah menyusuri tanjakan yang menyebalkan itu, kami pun sampai di tempat edelweiss. Kami berjalan diantara hamparan edelweiss. MasyaAllah.
Tidak berapa lama, kami sampai di tempat berkumpulnya edelweiss. Kami kira, itu tegal alun. Ternyata.. Bukan. Kami memutuskan untuk belok kiri. Jalan, jalan, jalan..tapi tidak sampai-sampai. Kami malah sampai di tempat 'seperti' puncak. Memang bagus sih perjalanannya, tapi kami tidak yakin kalau harus meneruskan perjalanan ke jalan setapak ke arah kanan. Jadi, kami turun kembali.
Singkat cerita lagi, di pertengahan jalan, di tempat yang kami kira tegal alun tersebut, kami bertemu dengan pendaki dari Jakarta. Ternyata, sebentar lagi kami akan sampai di tegal alun. Tinggal lurus saja mengikuti jalan, dan kami akan sampai.
Dan, benar. Kami sampai di Tegal Alun. Keren, banget! Memang benar, ini lebih indah dari Surya Kencana, Gn. Gede. Edelweiss dimana-mana.
Lalu kami langsung melanjutkan turun, untuk kembali ke Pondok Salada. Kami tidak lewat jalan yang sebelumnya kami lewati. Kami mengikuti jalan pendaki yang dari Jakarta itu. Kami kira kami salah jalan. Taunya, kami tembus di Hutan Mati. Dead Forest. Salah jalan yang membawa berkah namanya. Hutan Mati memang luar biasa indahnya. Gaya Ranji & Nucum yang nyeker juga membuat kami geli sepanjang jalan melihatnya.
Kami melanjutkan perjalanan ke Pondok Saladah. Hanya 15 menit perjalanan, dan kami pun sampai. Luar biasa, tidak terasa. Perjalanan singkat tadi itu memang saik.
Pondok Saladah semakin ramai akan pendaki. Seperti pasar di gunung. Mungkin dikarenakan Gn. Gede & Semeru ditutup ya, jadi pendaki-pendaki mengarah ke Papandayan.
Malam harinya, kami membuat api unggun di depan tenda. Bersama dengan bang Kinoy dan bang Reggae (hehe gue gatau namanya).

17 Agustus 2013
Pagi hari, 17 Agustus 2013 di Gunung Papapndayan. Persiapan untuk upacara disini. Tiang bendera sudah dipersiapkan dari kemarin sore. Pukul 7 pagi, pendaki yang lain sudah berteriak memanggil kami untuk segera berkumpul ke tengah lapang.
Akhirnya kami pun berkumpul. Di tengah sudah ramai akan pendaki yang ingin mengikuti upacara 17-an. Upacara pun berlangsung. Mengibarkan sangsaka merah putih sambil diiringi oleh lagu kebangsaan Indonesia Raya. Nice. Merdeka! Kami adalah generasi bangsa selanjutnya. Kami cinta Indonesia.
Setelah melaksanakan upacara, kami pun langsung memasak makanan untuk sarapan. Yes! Penghabisan makanan dan akhirnya kami makan besar. Ditambah lagi teman bang Kinoy yang memberi kami tambahan makanan.. 'nasi goreng', dan itu pun memang makanan ter-ajib di gunung.
Makan selesai, kekenyangan.
Akhirnya kami packing pulang juga. Terlalu betah di Papandayan, terlalu betah di Pondok Salada. 3 hari 2 malam kami berada disana. Aslinya sih, ga kerasa juga.
Packing selesai, dan kami berpamitan ke pendaki2 lainnya. "Duluan ya bang.. Duluan ya kang.. Duluan ya teh..".
Yap, kami sampai di parkiran Papandayan. Di kedai puntang. Menuruni Papandayan selama 1 jam. Lumayan cepat, walaupun di perjalanan terjatuh 2 kali. Dan tidak berhenti tertawa karena nucum yang jatuhnya sangat lucu..hahaha.
Ngopi-ngopi dulu dan makan di kedai puntang. Kami juga diantar oleh kang Lukman (penjaga kedai puntang) ke tempat air panas.
Rasanya surga sekali bertemu air panas di kondisi yang lelah seperti ini.
Lucu juga! Ternyata kang Lukman ini suka sama Keke. Ceilah, cinta pada pandangan pertama ceritanya.
Iya ke, iya ren, iya cum, iya pang, iya ji, iya kir. Gokil emang kalian semua!!
Kami turun dengan kolbun. 20ribu/orang, karena kami bergabung dengan pendaki dari Bandung. Melihat pemandangan gunung Cikuray dari Papandayan memang tidak ada bosannya. Cikuray terlihat sangat gagah darisini. Ranti suka.
Kami memutuskan untuk ke Rekapala dahulu, untuk berpamitan dan sekalian menjemput Fajar. Ah, susah kalau diceritakan bagaimana Fajar ada disini. Karena tidak ada kendaraan, kami pun memiliki modal nekat untuk nge-BM (memberhentikan kolbun, sehingga kami dapat gratis menumpang pada kolbun tersebut). Ya istilah simpelnya, numpang. Seru!
Setelah kami turun, kami menyarter angkot yang kemarin. Kami juga bingung kenapa bisa bertemu lagi dengan angkot yang sama.
Sesampainya di Rekapala, disana tidak ada orang sama sekali. Kang Hanief, kang Usan, dkk, naik lagi ke Papandayan. Bodornya kami. Kami turun, mereka malah naik, dan kami tidak bertemu mereka.
Sampailah kami di Terminal Guntur. Disana banyak pendaki juga yang terlantar, 52 orang pendaki dari rombongan yang berbeda, yang ingin pulang ke arah yang sama. Jabodetabek. Ini nih, yang dinamakan arus balik pendaki.
Setelah beberapa lama menunggu, kami semua mendapatkan bus. 37ribu dapat AC. First time banget sih, 1 bus isinya pendaki semua. Mungkin ini cuma terjadi hari ini saja. Wow pisanlah.
Sampai di kampung rambutan sekitar pukul 1 pagi. Tidak ada bus yang ke arah Bogor. Kami harus menaiki bus Tasik-Jakarta dan turun di Ciawi. Oke deh, yang penting pulang.
Di ciawi kami turun, dan naik angkot 01. 01 memang non stop. Kami melanjutkan angkot 03, karena tidak ada angkot 08 yang ke arah bantarjati saat itu. Oh iya, sekarang jam 3 pagi.
Kami ke babeh untuk meminjam motor. Gue, keke & iren diantar ke rumah keke untuk beristirahat disana. Sedangkan cowoknya, tidur di babeh.

Terimakasih untuk perjalanan kali ini, semuanya. Ren, ke, pang, cum, ji, kir. Lain kali kita jalan-jalan lagi ya!


Minggu, 01 Desember 2013

Singapore for 2 days

8 - 11 November 2013

Singapura, salah satu negara urban di Asia. I have stayed they only for 2 days, which appeared to be not enoughr to fully discover this unique country-city.

Liburan yang sangaattt singkat.




 Bermalam di Lucky Plaza Apartment, depan Orchard Road

Garden By the Bay

Vertical garden yang sempurna~


Marina Bay Sands Casino

Rabu, 07 Agustus 2013

Renungan Perjalanan.

Saat hawa dingin yang menyelimuti bumi Garut
Disaat ini pula adzan subuh berkumandang
Membangunkan semangat 7 pengembara alam
Disinilah awal mula perjalanan kami dimulai

Disinilah langkah awal dari perjalanan panjang
Dengan selaksa doa dan pengharapan
Akan perlindungan dari yang Maha Kuasa
Kami mulai bergegas jalan
Melewati 3 bukit jahanam
Melewati perkebunan teh yang menghijau
Menanjaki ladang dan ilalang
Mamasuki hutanmu yang gagah terpampang
Duhai Cikuray

Semangat kami sudah terbakar kawan
Menembus batas batas hutan hutanmu
Menembus batas batas kemampuan kami
Demi mencapai dan menapaki
Negeri di atas awan, puncakmu Cikuray

Saat senja hadir, disitulah kami tiba
Ya, kami tiba di atas puncakmu Cikuray
Di tanah 2818 Meter diatas permukaan laut
Di tanah negeri di atas awan
Disinilah segala rasa syukur kami panjatkan
Rasa takjub dan beruntung kami rasakan
Dengan samudera awan seluas mata memandang
Membuat rasa letih dan lelahpun hilang
Terima kasih Cikuray atas segala pesona keindahanmu
Terima kasih Tuhan atas  kesempatan yang Kau berikan

(Haidir Rahmat)

Selasa, 23 April 2013

Mari Bercerita.

http://youtu.be/to0Aa2cohTY

Payung Teduh - Mari Bercerita
Seperti yang biasa kau lakukan di tengah perbincangan kita
Tiba-tiba kau terdiam sementara ku sibuk menerka apa yang ada di pikiranmu
Sesungguhnya berbicara denganmu tentang segala hal yang bukan tentang kita
Mungkin tentang ikan paus di laut atau mungkin tentang bunga padi di sawah
Sungguh bicara denganmu tentang segala hal yang bukan tentang kita
Selalu bisa membuat semua lebih bersahaja.. Ooo..
Malam jangan berlalu
Jangan datang dulu terang
Telah lama kutunggu
Ku ingin berdua denganmu
Biar pagi datang 
Setelah aku memanggil terang

Jumat, 22 Maret 2013

Perjalanan Mutiara Rimba-Curug Cibeureum!

Pagi yang cerah untuk melakukan sebuah perjalanan kecil. Pukul 09.00 pagi, kami berkumpul di meeting point 'Bantarjati'. Abil, Uni, Keke, Ranti dan Pipit. Langsung yuk, kecew-kecew yang cantik seperti princess kita berangkat ke Cibodas! Ok, kita lewat tajur. Menghindari razia polisi di lampu merah sebelum gadog.
Sebelumnya, mampir dulu kita ke indomaret beli minum, cemilan cepuluh cebelas yang banyak. Hihihi.
Tepat 11.05 kita sampai di pintu masuk TNGP (Taman Nasional Gede Pangrango). Yap, kita mulai trekking. Masing-masing dari kita ternyata sedang memikirkan hal yang sama, "Lagi  ngapain ya mereka yang lagi naik ke Gede.." begitulah.
Trek berbatu dengan tanjakan yang tidak terlalu curam. Yah, tahu sendiri bagaimana Cibodas. Ingin cepat-cepat sampai di jembatan kayu.
Sampai di telaga biru. Sayangnya, kita kurang beruntung. Jadi kita ada di telaga butek.
Kita bertemu anggota WANADRI! Foto dulu ah..
Perjalanan pun dilanjutkan kembali menuju ke curug cibeureum. Tidak memakan waktu yang cukup lama...dan kita sampai!
Yes! Panyangcangan. Untuk sementara Pendakian ke Gn. Gede Pangrango ditutup.
Sebentar sekali kita di curug. Hanya 5 menit. Dan kita turun lagi. Melihat cuaca yang memang kurang mendukung saat itu.
Ditengah perjalanan pulang pun hujan. Lumayan deras. Kita memutuskan untuk berteduh dulu di salah satu pos terdekat. Tiba-tiba, datang rombongan yang membawa seorang perempuan yang pingsan. Rombongan dari MAN 2. Mereka kurang persiapan. Sehingga perempuan tersebut kedinginan dan terlalu capek. Dia terkena hipotermia. Kita berlima ingat Pipit saat diksar. Dia tidak sadarkan diri. Kita berusaha menolongnya, agar hipo nya tidak semakin parah. Alhamdulillah, keadaan Widi pun membaik dan dia digotong ke bawah.
Sesampainya di parkiran mobil, kita memesan mie ayam. Yumm.. Rp 7.000 semangkok. Ya, lumayanlah.
Terimakasih untuk perjalanan kali ini, Mutiara Rimba. I love y'all. #MR-09